OELAMASI, kupang-media.net | Sengatan matahari kemarau tak menyurutkan langkah Bupati Kupang, Yosef Lede. Dengan celana tergulung dan kaki berlumpur, ia turun langsung ke lahan pertanian Desa Penfui Timur, memimpin Gerakan Tanam Musim Tanam II—sebuah aksi nyata di tengah gegap gempita seremoni pembangunan yang kerap hampa makna.
Tidak sekadar datang, Lede menyingsingkan lengan baju dan mencangkul bersama petani. Ia menanam bibit padi dan jagung, menandai tekad membangun ketahanan pangan dari akar rumput.
“Hari ini saya datang bukan untuk seremoni. Kita semua harus bekerja nyata. Kupang tidak bisa hanya bergantung pada bantuan pusat. Kita harus produksi sendiri,” ujarnya di hadapan para petani dan undangan.
Kehadiran Lede terasa ganjil sekaligus menyentuh—baru beberapa saat sebelumnya ia memimpin apel kesadaran dan penyerahan SK CPNS formasi 2018. Bahkan setelah kegiatan tanam, ia masih harus memandu materi di sebuah acara formal di Hotel Aston. Namun, baginya, sawah adalah prioritas.
“Setelah ini saya harus bawa materi di Aston, tapi saya putuskan tetap datang ke sini dulu. Karena saya percaya, pangan adalah fondasi utama pembangunan,” katanya.
Lede tak datang dengan tangan kosong. Ia membawa bantuan benih padi, jagung, hingga mesin pompa air, tapi dengan syarat yang tegas: bantuan bukan untuk dipajang di media sosial, apalagi dijadikan komoditas politik.
“Kalau bulan depan saya lewat sini dan lahan kosong, jangan salahkan saya kalau bantuan ditarik. Saya tidak mau bantu untuk seremoni,” ujarnya dengan nada serius.
Kegiatan ini menjadi bagian dari visi besar Kupang Emas—sebuah arah pembangunan menuju kemandirian pangan lokal. Dengan dukungan dari Kementerian Pertanian RI, Kabupaten Kupang kini mengelola 24 program strategis berbasis APBN—angka yang belum pernah diberikan kepada daerah lain di sektor pertanian tahun ini.
Staf Khusus Menteri Pertanian, Dr. Ir. Sam Herodian, yang turut hadir, menyebut Kupang sebagai daerah dengan political will tinggi di bidang pertanian. “Kehadiran kepala daerah secara langsung seperti ini sangat penting. Ini bukan hanya tentang menanam, tapi tentang membangun kepercayaan dan mentalitas produksi,” kata Herodian.
Aksi Yosef Lede mencerminkan jenis kepemimpinan yang langka: yang hadir bukan di podium, melainkan di lumpur sawah; yang tak sekadar memerintah dari kantor, tapi rela memikul beban bersama rakyatnya.
Gerakan tanam ini bukan hanya soal menanam bibit. Ini adalah benih harapan, tumbuh di tanah tandus, disiram oleh ketulusan seorang pemimpin yang meyakini bahwa perubahan tak lahir dari atas, tapi dari tanah dan tangan yang rela kotor.