JAKARTA, kupang-media.net | Di tengah gempuran isu miring soal kualitas pendidikan, satu kabupaten dari pelosok Timur Indonesia justru bersinar terang di panggung nasional. Kabupaten Kupang, di bawah kepemimpinan Bupati Yosef Lede, menggebrak pentas literasi Indonesia dan menyabet penghargaan bergengsi sebagai Pejabat Inspirator Guru Penulis Nasional dalam Rakornas Agupena di Universitas Negeri Jakarta.Minggu (11/5)
Penghargaan ini tak datang tiba-tiba. Sebuah sambutan menyentuh Bupati Yosef Lede dalam buku biografi “Anak Petani Meraih Gelar Doktor” yang menceritakan kisah perjuangan Dr. Eliazer Teuf, berhasil menggerakkan nurani guru-guru penulis dari seluruh pelosok negeri.
“Kemarin saya berpikir, maka hari ini saya ada sebagai Bupati Kupang untuk membangun daerah tercinta dalam segala aspek,” tulis Bupati Kupang, mengutip filsuf besar Descartes. Ungkapan yang sederhana tapi menghentak kesadaran: literasi bukan soal kata, tapi aksi.
Biografi itu bukan sembarang buku. Ini adalah simbol kebangkitan literasi dari kampung ke kota. Dari sudut Nefoseran di pedalaman Amarasi Timur, kisah anak penjual ikan menjadi doktor menggema hingga ke ibu kota. Dan Bupati Yosef tak hanya menyambut kisah itu – ia mengangkatnya, meluncurkannya saat Hardiknas 2 Mei, dan membawanya langsung ke Rakornas Agupena. Aksi nyata, bukan sekadar janji!
Tak hanya Bupati yang bersinar. NTT menggulung panggung Rakornas Agupena! Total sembilan buku diluncurkan dalam satu hari—dengan pelepasan balon sebagai simbol terbangnya mimpi para guru penulis. Kabupaten Kupang resmi dinobatkan sebagai daerah dengan sumber buku terbanyak dan penulis terbaik se-Indonesia.
Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, S.H., Ketua Yayasan Agupena Provinsi NTT, bahkan menulis penuh haru di media sosialnya: “Terharu mengharu biru…NTT the best! Dari Bupati, Kadis, hingga peserta, semua diganjar penghargaan terbaik.”
Tak berhenti di situ. Ia meluncurkan gerakan “SAGU SATU” – Satu Guru Satu Buku setiap tahun. Sebuah revolusi senyap di dunia pendidikan yang tak hanya bicara teori, tapi cetak karya.
Namun, di balik gemilang itu, Lilis juga menohok realita: “Para guru penulis masih mengandalkan dana pribadi. Kami butuh perhatian lebih.” Sebuah sindiran halus yang tajam, mengingat anggaran literasi seringkali terpinggirkan dalam sistem pendidikan.
Enam Penulis Inspirator 2025 dari Kabupaten Kupang pun ikut disorot:
1. Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, S.H
2. Mery Constantiana Lola, S.Pd., M.Pd
3. Florince Lumba, S.Pd
4. Loriana Lenggu, S.Pd
5. Maksudin, S.Pd., M.Hum
6. Etni Susanti Djo Talo, S.Pd
Pesan yang terang-benderang: dari desa terpencil, literasi bisa mengguncang nasional. Dari kisah seorang anak petani, lahir gelombang inspirasi tak terbendung. Dan dari seorang Bupati, terbit semangat membangun negeri lewat pena.(*Arif Bait