JAKARTA, kupang-media.net | Direktur Indonesian Solution Digital (IDS), Freni Lutruntuhluy, Senin (12/5), melontarkan kritik tajam terkait kondisi kemiskinan di Provinsi Maluku. Menurutnya, stagnasi pengentasan kemiskinan adalah bukti bahwa pendekatan konvensional tak lagi cukup. Solusinya? Dorong rakyat masuk ke ekonomi digital atau bersiap tertinggal lebih jauh.
“Kita lihat saja, dari Maret 2022 — 2024, angka kemiskinan naik dari 15,97% ke 16,05%. Ini bukan sekadar angka, ini alarm!” tegas Freni, putra asli Maluku Barat Daya, dalam keterangannya kepada media, Senin (12/05) di Jakarta.
Lebih lanjut, ia menyebut Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Maluku Tenggara masih menjadi zona merah kemiskinan. “Masih banyak warga yang tak punya akses pendidikan layak, pekerjaan bergaji cukup, apalagi keterampilan digital,” ungkapnya.
Data statistik mencatat:Maret 2023: 16,42%, September 2024: turun jadi 15,78%, Maret 2024: naik lagi ke 16,05%
Freni menyebut tren itu sebagai “fluktuasi yang stagnan dan mengkhawatirkan”.
Menurutnya, masalah utama adalah rendahnya kualitas SDM dan minimnya lapangan kerja layak. “Jangan heran jika orang muda lebih banyak menganggur daripada produktif. Padahal, ekonomi digital sedang membuka peluang luar biasa,” katanya.
“Lihat sekarang, anak muda bisa hasilkan uang dari Facebook, Instagram, YouTube. Tapi kenapa pemerintah daerah belum bergerak masif membangun infrastruktur pendukungnya? Ini saatnya bangkit, bukan diam!” tegasnya.
Ia juga menyoroti struktur sosial yang membelenggu potensi keluarga, serta keterbatasan akses pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar. “Apalagi Maluku adalah wilayah kepulauan. Akses yang sulit harus dilawan dengan pembangunan konektivitas digital, bukan dibiarkan,” ujarnya.
Freni mendesak DPRD dan pemerintah provinsi untuk menyusun regulasi yang mendukung transformasi ekonomi digital. Menurutnya, tanpa itu, Maluku akan terus terbelakang.
“Wilayah Timur Indonesia sudah lama tertinggal. Tapi perkembangan teknologi memberi kita peluang baru. Tinggal sekarang: mau ambil peluang itu atau terus tenggelam dalam data kemiskinan?” tutup Fren (*AB