OELAMASI, kupang-media.net | Di tengah krisis air yang menahun, petani Desa Tanah Merah, Kabupaten Kupang, mencoba peruntungan baru: hortikultura. Sabtu, 27 September 2025, Kelompok Tani Komunitas Lumbung Air memulai penanaman perdana sayuran di lahan 25 are.
Di atas 48 bedengan, bibit pakcoy, caisim, tomat, hingga cabai ditanam serentak. “Air di sini sangat susah, pak. Untung ada satu sumur bor bantuan CIRMA. Tapi itu pun masih kurang karena harus berbagi dengan kebutuhan rumah tangga,” kata Marselinus Seran, salah satu anggota kelompok.
Kelompok tani ini baru dibentuk Agustus lalu oleh Yayasan Centrum Inisiatif Rakyat Mandiri (CIRMA). LSM itu sejak 2019 hadir di Tanah Merah, membangun MCK, sumur bor, hingga jaringan perpipaan untuk seratusan rumah warga. Kini CIRMA mendorong petani kecil agar mandiri pangan dan berdaya secara ekonomi lewat program Pemberdayaan Timor Barat. “Ada sekitar 6.000 petani di 60 desa yang kami dampingi,” ujar John Lajar, Direktur CIRMA.
Meski begitu, persoalan air tetap menghantui. Satu-satunya sumur bor yang ada harus menopang seratus rumah tangga sekaligus lahan pertanian. CIRMA berencana merevitalisasi sumur lain yang mangkrak, sembari menekan pemerintah desa ikut turun tangan.
Wakil Bupati, Aurum Titu Eki, yang hadir mendampingi bapaknya saat memberikan pernyataan pers, mengatakan “Kami Pemerintah Kabupaten Kupang berterima kasih pada NGO seperti CIRMA. Pemerintah tidak mungkin membangun sendiri,” kata.Aurum
Wakil Bupati Aurum juga berjanji akan mengawal usulan kelompok tani ke dinas terkait, sejalan dengan prioritas pemerintah pusat di bidang ketahanan pangan.
Harapan senada disuarakan Maria Goreti Nango, Ketua Kelompok Tani. “Budidaya hortikultura ini hal baru bagi kami. Air untuk kebutuhan rumah saja masih susah. Tapi kami optimistis, dengan pendampingan, hasilnya bisa baik,” ujarnya.
Mantan Bupati Kupang, Ayub Titu Eki, yang juga hadir, memberi pesan sederhana: buktikan dulu keberhasilan. “Kalau Bapa Mama bisa olah lahan ini dengan baik, nanti saya bantu fasilitasi agar tanah-tanah lain bisa diolah juga,” katanya.
Bagi petani Tanah Merah, keberanian memulai hortikultura di tanah kering adalah taruhan besar. Hasil panen pertama mereka akan menjadi jawaban: apakah langkah ini sekadar eksperimen, atau jalan baru keluar dari bayang-bayang krisis air.