OELAMASI, kupang-media.net | Dingin, angin kencang, dan langit mendung tak menghentikan langkah rombongan PDAM Tirta Lontar Kabupaten Kupang menembus Desa Kuimasi, Kecamatan Fatuleu. Mereka datang menjawab jeritan warga yang selama ini nyaris tak terdengar: krisis air bersih.
“Air bukan cuma soal fasilitas. Bagi kami, ini harapan yang selalu kami doakan,” kata Maksen Lifu, Kepala Desa Kuimasi, dengan nada serius, Sabtu, (29/7)
Warga Kuimasi selama ini harus bergulat dengan keterbatasan air bersih untuk aktivitas sehari-hari, mulai dari memasak, mencuci, hingga kebutuhan puskesmas, sekolah, dan kantor desa. Saat air tak mengalir, kehidupan seakan ikut terhenti.
Rasa Syukur dan Harapan Dalam kunjungan yang penuh suasana haru itu, Maksen menyampaikan terima kasih kepada Dirut PDAM Tirta Lontar, Dewan Pengawas, Camat Fatuleu, hingga Bupati dan Wakil Bupati Kupang yang dinilai turut mendukung solusi teknis lintas sektor.
“Kami merasa didengarkan. Hari ini pemerintah hadir, melihat langsung kondisi kami. Ini bukan hanya soal air, tapi soal keadilan,” ujarnya.
Lebih dari Sekadar Infrastruktur
Dalam pembangunan wilayah, air bersih bukan hanya kebutuhan teknis, tapi indikator keadilan sosial. Kunjungan PDAM ke Kuimasi tak sekadar urusan administrasi, tapi juga menjadi bukti hadirnya pemerintah di tengah rakyat.
“Pembangunan Indonesia dari pinggiran menemukan jiwanya ketika pemimpin bersedia berjalan menapaki jalan setapak desa. Kepercayaan rakyat tumbuh bukan karena slogan, tetapi karena empati yang hadir,” tulis keterangan PDAM Tirta Lontar.
Kunjungan ini meninggalkan pesan kuat: pelayanan publik wajib menyentuh yang paling dasar, di tempat paling jauh, untuk orang yang paling membutuhkan.
Bagi warga Kuimasi, air bersih bukan kemewahan. Ia adalah hak hidup yang tak bisa ditawar.
“Ketika air mengalir, harapan pun hidup kembali dari desa, untuk masa depan,” tutup Maksen Lifu.