SEMAU, kupang-media.net | Warga Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang, masih berjibaku mendapatkan air bersih meski jaringan PDAM telah masuk. Jumat (27/6), Direktur PDAM Tirta Lontar Kupang, Jhoni Sulaiman, bersama Dewan Pengawas Jhoni Taek dan didampingi oleh Kabag Teknis meninjau dua titik Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Desa Huilelot dan Desa Uiasa.
Dua SPAM yang ditinjau yakni SPAM Uilea dan SPAM Uiasa. SPAM Uilea yang telah beroperasi sejak 2015 melayani empat desa dengan 207 sambungan rumah, sedangkan SPAM Uiasa baru menjangkau satu desa dengan 100 sambungan. Debit air di masing-masing hanya 3 liter per detik, jauh dari cukup untuk menjangkau semua kebutuhan warga.
“Potensinya besar, masyarakat sangat antusias. Tapi infrastrukturnya belum siap,” ujar Jhoni Sulaiman di lokasi.
Menurut Kepala Unit Wilayah Semau, Bonifasius Nurak, permintaan meningkat pesat. Dari 47 pelanggan awal, kini melonjak menjadi lebih dari 400. Namun layanan air bersih masih jauh dari kata layak.
“Tekanan air lemah, pompa tua, kelistrikan juga sering bermasalah. Padahal sumber air sangat mencukupi,” jelasnya.
PDAM menyadari problem bukan pada suplai air, tapi pada jaringan distribusi yang tak sanggup menampung permintaan. Banyak warga sudah mendaftar, tapi belum bisa tersambung karena sistem teknis belum memadai.
Dewan Pengawas PDAM, Jhoni Taek, menekankan perlunya langkah besar. Ia menilai perombakan total sistem perpipaan dan pemanfaatan energi alternatif seperti solar cell sangat mendesak.
“Ini bukan kunjungan seremonial. Ini awal restrukturisasi total. Kita tak bisa hanya bergantung pada sistem lama,” tegas Taek.
Evaluasi ini merupakan bagian dari upaya menindaklanjuti misi Bupati dan Wakil Bupati Kupang, khususnya poin ke-42 soal pemerataan akses air bersih.
Namun, janji-janji itu belum sepenuhnya menjawab kegelisahan warga. Banyak yang sudah tersambung, tapi air jarang mengalir. Warga masih harus antre, berharap, dan bertahan.
“PDAM tak boleh sekadar institusi teknis. Ia harus menjadi penopang kualitas hidup masyarakat,” pungkas Taek.
Di Semau, air belum menjadi hak dasar yang terpenuhi. Air masih terasa seperti kemewahan yang harus diperjuangkan setiap hari.