KOTA, kupang-media.net | Tak pernah terbayangkan sebelumnya, sebuah sekolah di timur Indonesia, SMP Negeri 6 Kupang, kini menjadi sorotan nasional. Sekolah ini ditetapkan sebagai salah satu dari empat sekolah di Indonesia yang menjadi sasaran program revitalisasi sarana dan prasarana pendidikan nasional, berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 2025.
Penetapan ini menjadi bagian dari program 100 hari kerja Presiden Prabowo Subianto dalam menangani persoalan mendasar di bidang pendidikan. Dari hasil pendataan, SMP Negeri 6 Kupang terpilih tanpa adanya usulan dari jaringan pusat—sebuah kejutan yang disebut sebagai “berkat Tuhan” oleh pihak sekolah.
“Kami menerima berkat sebesar Rp1,5 miliar untuk merehabilitasi 15 ruang kelas. Ini sungguh luar biasa. Ini campur tangan Tuhan, maka SMP Negeri 6 Kupang ditetapkan sebagai sekolah revitalisasi,” ujar Kepala Sekolah Beni Mouko.
Beni melanjutkan, penetapan ini adalah bukti bahwa kerja tulus dan ikhlas akan selalu menemukan jalannya. Ia menyebut, revitalisasi ini adalah hadiah untuk seluruh warga sekolah dan masyarakat sekitar—khususnya di Kelurahan Nunbaun Delha, Nunhila, Fatufeto, dan Manutapen.
“Ini bukan tantangan, tapi tanggung jawab bersama. Kita harus membedah mutu pendidikan kita, tingkatkan kualitas layanan. Karena perhatian dari pemerintah pusat ini adalah capaian besar,” ungkapnya.
Memasuki tahun ajaran 2025–2026, SMP Negeri 6 Kupang menargetkan penerimaan sebanyak 11 rombongan belajar (rombel). Dengan komposisi satu rombel berisi 32 siswa, maka total targetnya adalah 352 peserta didik.
“Kalau masyarakat percaya dan menitipkan anak-anak mereka ke SMP Negeri 6 Kupang, saya jamin mereka tidak akan rugi,” kata Beni penuh keyakinan.
Ia menegaskan, selain menjamin mutu akademik, sekolah ini juga memberi perhatian pada pembinaan karakter, kedisiplinan dasar, kreativitas, dan ruang eksplorasi bakat siswa, semua itu didukung oleh tenaga pendidik yang disebutnya “luar biasa.”
Dengan revitalisasi fisik dan semangat baru, SMP Negeri 6 Kupang kini bukan hanya sekolah biasa, tapi menjadi simbol kemajuan pendidikan di Nusa Tenggara Timur.”Tutup Kepsek Beni