NTT, kupang-media.net | Suasana hening dan khidmat menyelimuti Lapangan Pancasila, Kabupaten Ende, Minggu (1/6) pagi. Ribuan orang dari berbagai penjuru Nusa Tenggara Timur dan tokoh-tokoh nasional hadir untuk memperingati Hari Lahir Pancasila di tanah bersejarah tempat Bung Karno merumuskan dasar negara.
Dengan tema “Memperkokoh Ideologi Pancasila Menuju Indonesia Raya”, upacara ini tak sekadar menjadi seremoni kenegaraan, melainkan juga momen perenungan kolektif akan pentingnya menjaga nilai-nilai kebangsaan, gotong royong, dan keberagaman.
Yang menjadi sorotan sekaligus simbol kekayaan budaya, para peserta upacara tampil mengenakan beragam pakaian adat dari berbagai daerah. Balutan tenun, songket, dan batik memperkuat suasana kebhinekaan yang menjadi inti dari Pancasila.
Upacara dimulai tepat pukul 10.00 WITA. Bertindak sebagai Inspektur Upacara, Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena, memimpin jalannya prosesi dengan penuh semangat. Hadir pula Wakil Gubernur Johni Asadoma, anggota DPR RI Andreas Hugo Pareira, anggota DPD RI Angelius Wake Kako, Forkopimda, Bupati/Wakil Bupati se-NTT, serta perwakilan masyarakat dari berbagai lapisan.
Dalam amanatnya, Gubernur Melki membacakan pidato Kepala BPIP RI, Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D. Ia menegaskan bahwa Pancasila bukan hanya warisan sejarah, tapi bintang penuntun bangsa ke masa depan.
“Pancasila adalah rumah besar bagi keberagaman Indonesia, kebinekaan bukan alasan untuk terpecah, melainkan kekuatan untuk bersatu,” ujar Gubernur Melki.
Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menghadirkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari—mulai dari pendidikan, pelayanan publik, ekonomi, hingga interaksi di ruang digital.
Menurutnya, tantangan zaman seperti ekstremisme, hoaks, dan intoleransi hanya bisa dilawan jika masyarakat kembali berpegang pada nilai-nilai luhur bangsa.
Usai upacara, seluruh peserta mengikuti rangkaian penghormatan di bawah Pohon Sukun—tempat Bung Karno merenungkan Pancasila selama masa pengasingan di Ende pada 1934–1938. Di lokasi ini pula dipasang Bendera Merah Putih, Patung Garuda “Bhinneka Tunggal Ika”, dan Lambang Kabupaten Ende sebagai simbol perenungan dan pengingat sejarah.
Acara ditutup dengan tarian Gawi massal, yang melibatkan Gubernur, Wakil Gubernur, para pejabat, tokoh masyarakat, hingga pelajar. Suasana penuh keakraban dan kebersamaan menjadi penanda bahwa semangat gotong royong masih hidup di tengah masyarakat.
“Di Bumi Ende ini, Dirgahayu Pancasila! Jayalah Indonesiaku!” seru Gubernur Melki menutup pidatonya, disambut tepuk tangan meriah dari peserta upacara.
Dari Ende tanah lahir Pancasila pesan persatuan dan kemanusiaan kembali digaungkan. Bahwa Indonesia tidak hanya membutuhkan kemajuan teknologi atau ekonomi, tapi juga kemajuan moral dan nilai-nilai kemanusiaan yang ditanamkan dalam lima sila.
Peringatan Hari Lahir Pancasila tahun ini menjadi pengingat bahwa Indonesia yang adil, damai, dan bersatu bisa diwujudkan, jika seluruh rakyat menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup.