“Seleksi terbuka Sekretaris Daerah di Kabupaten Kupang bukan sekadar prosedur, melainkan cermin dari semangat perubahan dan komitmen pada birokrasi yang bersih”
OELAMASI, kupang-media.net | Di tengah semilir angin musim kemarau Nusa Tenggara Timur, harapan baru mulai tumbuh di Kabupaten Kupang. Pemerintah daerah secara resmi membuka seleksi terbuka untuk Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (JPTP) Sekretaris Daerah, sebuah posisi strategis yang tak hanya mengatur ritme birokrasi, tapi juga menjadi pengarah arah pembangunan daerah.
Dimulai pada 21 Mei 2025, seleksi ini membawa angin segar dalam semangat reformasi birokrasi. Tak lagi tersembunyi di balik ruang-ruang tertutup, proses ini diumumkan terbuka di portal ASN Karir, menyebar ke berbagai kanal digital dan grup komunikasi internal ASN. Semua bisa melihat. Semua bisa menilai.
“Seluruh tahapan dirancang transparan dan akuntabel, dari awal hingga pelantikan Sekda definitif pada 10 Juli,” kata Plt Sekda, Marthen Rahakbauw, dengan penuh keyakinan, Jumat, (23/5). Suaranya mencerminkan keinginan besar akan perubahan.
Berbeda dari masa lalu, seluruh proses kini berlangsung secara digital. Mulai dari pendaftaran hingga asesmen dilakukan melalui sistem daring, menyisakan hanya satu tahap—penulisan makalah—yang tetap dilakukan secara tatap muka.
Lebih dari sekadar kemudahan administrasi, ini adalah pernyataan: bahwa birokrasi bisa berbenah, menjadi cepat, bersih, dan inklusif.
Hingga hari ini, satu nama telah resmi mendaftar: mantan Sekretaris DPRD dan eks Ketua Panwas dari Yogyakarta. Ia menjadi simbol dari daya tarik nasional proses ini. Sementara sejumlah kandidat lainnya tengah mempersiapkan dokumen—bukti bahwa perubahan butuh waktu, tapi juga menarik perhatian.
Posisi Sekda bukan sekadar jabatan tinggi. Di pundaknya akan bertumpu tata kelola anggaran, pelayanan publik, hingga wajah Kabupaten Kupang di mata warga. Tak heran jika proses ini menjadi sorotan.
“Kami mencari pemimpin yang tak hanya paham regulasi, tapi juga punya hati. Yang mampu menjadi jembatan antara kebijakan dan kebutuhan masyarakat,” ujar Marthen, menutup pernyataannya.
Bagi masyarakat Kupang, seleksi ini mungkin terlihat sebagai agenda rutin birokrasi. Tapi di baliknya, ini adalah pertaruhan besar tentang masa depan pemerintahan: apakah ia akan menjadi milik segelintir, atau milik semua?
Dan di antara layar-layar komputer dan formulir digital, Kabupaten Kupang sedang menulis bab baru tentang harapan, profesionalisme, dan keberanian untuk berubah.