KOTA,kupang-media.net,- Pemerintah Kota Kupang juga berencana mengembangkan lahan pertanian di wilayah Naimata untuk memperkuat ketahanan pangan lokal. Langkah ini mendapatkan dukungan dari TNI dan akan dimulai dengan survei lapangan dalam waktu dekat. Pengelolaan lahan tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan lokal Kota Kupang.
Ia menegaskan pentingnya dilakukan pengendalian inflasi secara rutin dengan menyesuaikan kondisi pasar yang dinamis dan upaya ini harus melibatkan berbagai lembaga terkait dengaj tujuan dasar menjaga stabilitas ekonomi dan memastikan setiap langkah yang diambil mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
“ Kami berkomitmen untuk terus menjaga stabilitas ini dan bekerja sama dengan TPID untuk memastikan setiap langkah kami mendukung kesejahteraan masyarakat,” tegasnya.
Sementara itu Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT Agus Sistyo Widjayati dalam paparannya menyampaikan bahwa Kota Kupang mencatat inflasi bulanan sebesar 0,25% pada Oktober 2024, selaras dengan tren inflasi di NTT dan nasional.
Menurutnya, tantangan terbesar bagi Kota Kupang adalah ketergantungan pada pasokan beras dari luar NTT. Dengan kebutuhan sekitar 12,55 ribu ton beras per triwulan, penurunan luas lahan pertanian di kota ini semakin memicu defisit pangan. Tren penurunan ini terjadi di berbagai wilayah NTT dan Bali-Nusa Tenggara, mengharuskan membangun strategi jangka panjang untuk ketahanan pangan.
Dijelaskannya untuk menjaga stabilitas harga dan mendukung ketahanan pangan, KPW BI Provinsi NTT menginisiasi sejumlah program pengendalian inflasi. Di antaranya adalah Program PUSPA, sebuah Pusat Pangan yang diharapkan mampu menghubungkan petani lokal dengan pasar, sehingga ketersediaan pangan terjangkau dapat terus terjaga. Selain itu, Program PANGLING atau Pangan Murah Keliling siap diluncurkan, dengan dukungan armada truk untuk mendistribusikan pangan murah ke berbagai area di Kota Kupang.
KPW BI Provinsi NTT Bersama Pemerintah Kota Kupang juga telah melakukan Operasi Pasar Murah secara berkala guna menstabilkan harga komoditas pangan pokok. Program ini dinilai efektif dalam menjaga daya beli masyarakat dan mengurangi tekanan inflasi terutama pada komoditas-komoditas yang sering mengalami fluktuasi harga.
Kepala BPS Kota Kupang Patrisius Tupen, S.E., menyampaikan perkembangan inflasi yang berfluktuasi di Kota Kupang sepanjang 2024. Pada Agustus dan September, Kota Kupang mengalami deflasi berturut-turut sebesar 0,36% dan 0,08%, yang dipicu oleh penurunan harga daging ayam ras dan cabai rawit. Namun, tren ini berubah pada Oktober dengan adanya inflasi sebesar 0,25% akibat kenaikan harga sayur dan air kemasan.
Kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau berkontribusi besar terhadap laju inflasi di Kupang, diikuti oleh sektor transportasi dan perlengkapan rumah tangga. Beberapa komoditas seperti beras, angkutan udara, dan sayuran ( kangkung, sawi hijau) secara konsisten mendorong inflasi sepanjang Januari-Oktober 2024. Kondisi ini menunjukkan pentingnya perhatian terhadap harga pangan dan transportasi dalam menjaga stabilitas daya beli masyarakat di NTT.