NTT, kupang-media.net | “No dream is too big” Demikian penggalan quote yang cocok untuk menggambarkan dinamika perjalanan produk asal NTT; abon ikan Bang Abid, yang dimiliki oleh salah seorang putri NTT; Inang Fitriani Abdullah atau yang kerap disapa Inang Abdullah
Produk Abon Ikan Bang Abid adalah abon ikan yang mengusung konsep healthy food based on local pride (makanan sehat dengan kearifan lokal). Abon ini tidak menggunakan teknik deep-fry, atau tidak digoreng, tanpa pengawet, tanpa bahan tambahan, dan tanpa MSG yang lazim digunakan masyarakat. Abon Ikan Bang Abid menggunakan ikan khas NTT yang sudah terkenal kualitasnya, serta bumbu rempah khas NTT. Yang unik adalah abon ini mungkin adalah satu-satunya abon ikan di NTT yang menggunakan teknik vakum dan sterilisasi agar tahan lama.
Meski baru berusia 2 tahunan, abon ikan Bang Abid cukup progresif dalam perkembangannya. Yang terbaru adalah menjajaki peluang kerja sama di level internasional, dengan cara belajar langsung ke Australia bersama Monash University.
Inang Fitriani Abdullah, owner Abon Ikan Bang Abid merupakan satu dari 25 pemilik usaha yang terpilih dalam Beasiswa Kursus Singkat (Short Course) Australia Awards tahun 2023 di Melbourne, Victoria State; Australia, sejak tanggal 09 Juni sampai 25 Juni 2023 kemarin.
Inang Abdullah dalam keterangannya menjelaskan bahwa beasiswa short course ke Australia tersebut adalah batu loncatan yang sangat strategis untuk mengembangkan pasar UMKM Abon Ikan Bang Abid ke lokus yang lebih besar.
“Awalnya saya berpikir baru akan ke luar negeri untuk mengejar beasiswa S2 atau S3, tapi ternyata usaha yang kami rintis bisa mengantarkan kami menginjakkan kaki di benua Australia, dan belajar secara mendalam tentang bagaimana industri kreatif hidup dan menghidupkan bukan saja para pemilik usaha, namun komunitas, bahkan negara. Saya pribadi sangat berterima kasih pada tim Australia Awards Indonesia (AAI), DFAT (Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia), serta tim dari Monash University sebagai mentor dalam short course ini. Mimpi kami membawa UMKM Indonesia ke level nasional dan internasional sangat terbuka luas lewat kegiatan ini”.
Masih dalam keterangannya, Inang menjelaskan bahwa kegiatan short course yang mengusung tema: “Enhancing Market Integration with Australia for MSMEs Business Leaders in Creative and Cultural Industries”, berlangsung dalam 3 sesi, yaitu pre-workshop di Bali pada Bulan Mei, in course di Melbourne Australia pada Bulan Juni, dan post workshop di Makassar pada Bulan Oktober nanti. Tujuan utama dari kegiatan sebenarnya lebih pada memberikan pengalaman dan insight tentang bagaimana cara menjalankan bisnis yang siap go global dengan memanfaatkan kreativitas, teknologi, dan local wisdom atau kearifan lokal.
“Melbourne adalah contoh kota kreatif yang berhasil secara signifikan dalam meningkatkan pendapatan negara. Yang menarik adalah industri di terdiri atas banyak UMKM (MSME). Saya rasa short course ini sangat membantu pegiat dan pelaku UMKM untuk mapping logika dan eksekusi dalam berbisnis. Saya pribadi sudah mendapatkan jaringan bisnis yang cukup potensial sepulang dari Australia. Ada peningkatan atensi masyarakat terhadap produk kami, dan ada cukup banyak tawaran dan peluang kerja sama. Menjadi peserta short course di Australia Awards membuat saya lebih confident dan bersemangat untuk terus mengembangkan usaha.” Tambah Inang.
Menutup pernyataannya, Inang berpesan kepada para pelaku UMKM, khususnya di NTT untuk jangan berhenti bermimpi, namun lengkapi dengan aksi-aksi nyata.
“Mari terus belajar untuk mengembangkan produk, menambahkan value, dan jangan pernah menutup diri dari setiap kesempatan untuk upgrade skill. Yakinlah bahwa tidak ada mimpi yang terlalu besar. No dream is too big”. Tutup Inang mengakhiri obrolan.(**